SUARAENERGI.COM – Siemens Energy Indonesia bekerja sama dengan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) baru-baru ini menyelenggarakan Asia Pacific Energy Talks edisi Indonesia pada 30 April 2024. Acara ini mempertemukan para pemimpin energi dari pemerintah, privat, Badan Usaha Milik Negara, dan pakar industri dan bertujuan untuk menjajaki peluang dan tantangan dalam transisi energi terbarukan, sebuah topik yang semakin penting, terutama pasca pemilihan umum.
Kegiatan ini juga menegaskan dedikasi Siemens Energy terhadap transformasi energi di Indonesia. Siemens Energy telah berkontribusi dalam membangkitkan 15% listrik di sektor utilitas di Indonesia dan berkontribusi sampai dengan 40% terhadap teknologi transmisi dan distribusi listrik. Komitmen ini juga menjadi landasan dukungan Siemens Energi untuk mencapai target dekarbonisasi dan Net Zero Emission di Indonesia.
“Sebagai mitra energi Indonesia, Asia Pacific Energy Talks adalah bukti komitmen untuk membagikan keahlian kami, kepada para pemangku kepentingan, mengenai pentingnya kolaborasi publik-privat dan pemanfaatan teknologi Siemens Energy untuk mendukung transisi energi. Acara ini akan menjadi pintu gerbang untuk melakukan lebih banyak tindakan di masa depan, terutama dalam melakukan dekarbonisasi dan mengurangi emisi sehingga Indonesia dapat mencapai Target Net Zero,” kata Andilo Harahap, Managing Director Siemens Energy Indonesia.
Dalam acara tersebut, terdapat tiga diskusi panel, dengan fokus pada pentingnya kolaborasi publik-privat, revolusi sistem energi konvensional, dan mempercepat dekarbonisasi industri di Indonesia. Selain itu, pada acara ini juga ditunjukkan bagaimana teknologi memainkan peranan penting dalam transisi energi. Sesi ini fokus terhadap kemitraan antara PT Amman Minerals International Tbk dan Siemens Energy, dan teknologi yang digunakan dalam transisi Pembangkit Listrik Siklus Gabungan (Combined Cycle) Batu Hijau dari batu bara ke gas. Peralihan ini diproyeksikan menghasilkan penghematan biaya bahan bakar tahunan hingga USD 55 juta untuk Amman Mineral.
Pentingnya kolaborasi publik-privat
Saat membuka pidatonya, Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, menekankan bahwa transisi energi di Indonesia perlu dilakukan secara adil. Salah satu kunci transisi yang adil tersebut adalah kolaborasi publik-privat. Kaimuddin juga menekankan bahwa Indonesia akan terus berperan sebagai eksportir energi, oleh karena itu Indonesia ini memerlukan lebih banyak investasi, untuk memastikan transisi energi dapat terus berjalan dan mengembangkan rantai pasokan energi terbarukan.
Dalam ruang lingkup yang lebih praktis, Idris Sihite, Staf Ahli Menteri untuk Perencanaan Strategis, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dalam perbincangan dengan Edwin Nugraha Putra, Direktur Indonesia PLN Indonesia Power, menyatakan bahwa investasi tersebut juga akan diperlukan untuk mengatasi tantangan geografis Indonesia, termasuk dalam pengembangan supergrid yang dapat memberikan manfaat bagi distribusi listrik di dalam negeri.
Di sisi lain, sektor privat Indonesia, termasuk industri pertambangan, semen, dan energi, juga menegaskan kesediaannya untuk memulai perjalanan dekarbonisasi. Lilik Unggul Raharjo, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Semen Indonesia, menyebutkan industri semen mempunyai rencana untuk menurunkan emisi dari cakupan 1 dan 2; namun, upaya dekarbonisasi ini memerlukan komitmen para pelaku industri dan pemasok.
Di sisi lain, Eka Satria, Direktur Utama, Indonesia Medco Power Indonesia, salah satu pelaku energi di Indonesia, juga berkomitmen terhadap perjalanan dekarbonisasi dengan berkolaborasi dengan Siemens Energi. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah mengubah pembangkit listrik siklus sederhana menjadi siklus gabungan, sehingga menjadikannya lebih efisien. Proses ini akan memungkinkan Medco untuk terjun ke pembangkit energi ramah lingkungan lainnya, termasuk panas bumi, tenaga surya, dan tenaga air.
Peran teknologi dalam proses transisi energi
Dalam acara tersebut, juga terdapat diskusi tentang bagaimana pendanaan dan insentif memainkan peran penting dalam memastikan transisi energi yang berkeadilan. Pembiayaan dan insentif ini dapat terjadi karena adanya investasi dan hibah yang diberikan kepada Indonesia. Namun, hal tersebut tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan tersebut.
Di sinilah teknologi dan, yang terpenting, kemauan untuk memanfaatkannya dapat membantu menyelesaikan permasalahan transisi energi di Indonesia. Salah satu contoh utamanya adalah apa yang dilakukan Siemens Indonesia di Singapura, yang berhasil memasang Paket Efisiensi Turbin Lanjutan (ATEP) di pembangkit listrik bertenaga gas di Pulau Jurong.
Pemasangan ini memungkinkan pembangkit listrik tersebut meningkatkan total output listriknya sebesar 30MW sehingga menjadikannya pembangkit listrik berbahan bakar gas paling efisien yang beroperasi di Asia. Peningkatan ATEP juga telah menghasilkan pengurangan emisi karbon tahunan sebesar lebih dari 60.000 ton, setara dengan menghilangkan lebih dari 9.300 mobil dari jalan raya setiap tahunnya.
Selain memanfaatkan teknologi, ada juga kebutuhan untuk otomatisasi, elektrifikasi, dan digitalisasi proses industri agar dapat memanfaatkan sumber daya dengan efisien, seperti yang diungkapkan oleh Clarissa Raithel, Vice President of EAD (Electrification, Automation Digitalization) Asia Pacific, Siemens Energy.
Salah satu contohnya adalah elektrifikasi proses industri berarti peralihan dari mesin berbahan bakar fosil ke mesin alternatif bertenaga listrik, yang dapat menurunkan emisi secara drastis. Digitalisasi juga akan memungkinkan optimalisasi proses dan meningkatkan efisiensi energi, sehingga mengurangi konsumsi energi dan emisi CO2.
“Kami berharap kerja sama kami dengan Siemens Indonesia Indonesia dalam Asia Pacific Energi Talks yang mengangkat tiga topik besar di bidang energi menjadi wacana publik, dapat terus ditransformasikan menjadi tindakan dan menjadi rekomendasi bagi para pengambil kebijakan. Transisi energi bukan lagi sebuah keharusan tetapi sebuah keharusan moral,” tutup Evy Haryadi, Ketua Umum Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia.