ekonomi, geopolitik, Minerba, persaingan usaha, politik

Di Tengah Persaingan Geopolitik Dunia, Begini Posisi Mineral Kritis Indonesia

Dok: Lithium (AP/Petr David Josek)

SUARAENERGI.COM – Persaingan ekonomi dan politik China dan Amerika Serikat (AS) mulai merembet hingga pengelolaan mineral strategis dan kritis dunia.

Persaingan China dan AS menjadi salah satu fokus dalam MINDialogue Mining Outlook 2024 yang diselenggarakan oleh CNBC Indonesia, pada Kamis (20/6/2024).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam keynote speechnya mengungkapkan pandangannya mengenai posisi Indonesia di tengah perang mineral strategis dan kritis antara AS dan China.

Dia menekankan bahwa persaingan AS dan China terkait mineral strategis dan kritis telah menciptakan dinamika baru dalam rantai pasokan global.

Amerika Serikat, yang semakin waspada terhadap dominasi China dalam sektor ini, telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap logam kritis dari China. Sementara itu, China terus memperkuat cengkeramannya di pasar ini dengan menguasai teknologi dan penyediaan mineral penting bagi industri baterai kendaraan listrik (EV).

Luhut mengingatkan China masih mendominasi supply chain mineral kritis dan strategis, terutama untuk ekosistem kendaraan listrik. Market share Tiongkok juga mendominasi dalam mining dan processing mineral kritis.

“Dominasi Tiongkok juga besar dalam penguasaan teknologi komponen Lithium Baterai,” tutur Luhut dalam acara MINDialogue.

Luhut menjelaskan AS memiliki keunggulan akses pasar yang besar di dalam negeri meskipun secara teknologi dalam pengolahan mineral kritis cukup tertinggal dengan Tiongkok.

AS meningkatkan proteksionisme melalui penerapan tarif dan Inflation Reduction Act atau IRA. Kebijakan IRA melalui foreign entity of concern (FEOC) menerapkan limitasi terhadap produk yang berasal dari Tiongkok.

AS juga baru saja menaikkan tarif bea impor dari China untuk tarif barang-barang industri strategis seperti EV, solar, baterai dan lain-lain.

Data Badan Energi Internasional (EIA) menunjukkan China menguasai sejumlah mineral kritis dan strategis seperti tembaga, kobalt, grafit, hingga logam tanah jarang. Indonesia merupakan produsen terbesar untuk nikel.

“Amerika untuk meningkatkan EV-nya 11 kali sampai 2030, tanpa Indonesia tidak akan mungkin terjadi. Saya sampaikan juga kepada teman-teman saya di Amerika, saya katakan impossible. Kalian bisa meningkatkan 11 kali dari apa yang ada sekarang tanpa Indonesia. Karena Indonesia kontrol 70% daripada nickel ore dunia,” ujar Luhut.

Kekhawatiran mengenai meruncingnya persaingan AS-China juga disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury.

Dia mengingatkan persaingan kedua raksasa berimbas pada kebijakan ekonomi terkait pengamanan supply chain, upaya masing-masing negara memperkuat industri domestiknya hingga munculnya de-risking dan friend shoring.

Tingginya tensi geopolitik di dunia menciptakan sebuah fragmentasi ekonomi yang dapat memicu disrupsi rantai pasok ke berbagai negara.

Pahala juga mengatakan ada negara tertentu yang sangat menguasai investasi dan teknologi dalam penambangan dan pengolahan mineral kritis.

Semakin banyak pula negara yang melakukan pembatasan akses pasar beralasan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Pahala mengatakan ketegangan China-AS membuat pratek friend-shoring atau orientasi perdagangan dengan memprioritaskan negara-negara yang memiliki kebijakan politik serupa semakin meningkat.

Akibatnya kemajuan atau investasi juga menjadi konsentrasi kepada negara-negara yang sama seperti mereka atau hanya ‘negara teman’.

“Ini mendorong supaya investasi dan perdagangan terdorong khusus di negara-negara yang dianggap teman,” tutur Pahala dalam acara MINDialogue.

Pahala mengingatkan perlu adanya diplomasi yang kuat untuk menjaga perekonomian tetap kuat di tengah memanasnya tensi geopolitik global.

“Kepentingan kita tentunya adanya ketahanan, mengurangi atau meningkatkan resilien kita terhadap kekurangan pangan, energi, dan critical mineral. Critical mineral adalah industri yang strategis karena menyangkut security bangsa,” jelasnya.

Pahala menyadari bahwa jumlah investasi mineral kritis masih terbatas. Karena itu, ia pun mendorong agar investasi di sektor ini dapat masuk prioritas.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo sudah melakukan pembicaraan dengan Presiden AS Joe Biden dan sepakat untuk membuat Critical Minerals Agreement (CMA). Ini membuka kesempatan Indonesia menjadi pemasok kebutuhan baterai kendaraan listrik di AS untuk jangka panjang.

Dia mengingatkan Indonesia perlu mendiversifikasi sumber investasi dan pasar untuk mineral kritis. Dari dalam negeri, Indonesia juga perlu meningkatkan research & development untuk mineral kritis serta aspek ESG (ekonomi sosial dan tata kelola) dengan dukungan dari negara mitra.

RI Berpotensi Jadi Raja Nikel Dunia, Raksasa Katoda Tembaga

Kementerian ESDM telah menetapkan 47jeniskomoditas tambang dalam klasifikasimineralkritis di mana 22 mineral bersifat strategis. Dari jumlah tersebut 14 mineral di kuasai MIND ID.

Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengungkapkan Indonesia bisa menjadi penentu harga mineral kritis dan strategis dunia, seperti nikel, timah, hingga batu bara. Cadangan nikel Indonesia mencakup 60% dunia yang menjadi penentu industri kendaraan listrik dunia.

Selain itu, produk turunan yang nikel yang dipakai seperti kobalt juga berperan penting dalam rantai pasok dunia. Indonesia memiliki cadangan bauksit dan aluminium yang berperan penting pada industri kendaraan listrik di masa depan. Indonesia juga menjadi pemain ‘top 3’ mineral kritis dunia seperti timah.

Senior Vice President Macquarie Group, Dony Setiady, optimis Indonesia bisa menjadi raja nikel dunia karena cadangan nikel di Indonesia melimpah. Dengan cadangan tersebut, Indonesia juga memiliki bargaining powertinggi.
Supplynikel RI secara global telah mencapai 55% di 2023 dan diprediksi akan meningkat 75-85% pada 2029 dan 80% pada 2030.

“Karena Indonesia miliki 55%global supplynikel, dan bisa sampai 80% di 2030. Jadi bukan tidak mungkin untuk set harga,” kata Dony dalam acara CNBC Indonesia MINDialogue.

Untuk mencapai tahap bisa menentukan harga, Dony meminta pemerintah pun perlu hadir memberikan insentif bagi para pihak yang ingin menjalankan program hilirisasi. Hal ini menjadi momen penting dalam membuat Indonesia jadi penentu harga nikel dunia.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo menuturkan bahwa MIND ID punya roadmap yang jelas terkait  pengelolaan mineral strategis dan kritis.

Hal ini sejalan dengan mandat MIND ID untuk menjadi perusahaan global dan holding di tambang yang mempunyai peran besar terhadap penerimaan negara dan mendukung industri nasional.

Untuk itu lanjutnya, MIND ID selalu berusaha memilih mineral yang memiliki nilai strategis dan bisa dimanfaatkan oleh industri.

“Mineral-mineral itu apa saja yang dipilih dan diselaraskan dengan industri strategis yang akan berkolerasi dengan mineral strategis, dan didefinisikan memang mempunyai peran terhadap penerimaan negara dan mendukung industri nasional,” kata Dilo dalam acara CNBC Indonesia MINDialogue.

Indonesia juga berpotensi menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat dunia pada 2025 setelah beroperasinya smelter baru PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik.

Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menilai dengan menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat, maka hal itu akan menguntungkan bagi Indonesia.

Sebab, tembaga saat ini menjadi salah satu komponen utama untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik. Sehingga kegunaannya cukup vital bagi rencana strategis pemerintah ke depan.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan Indonesia akan mulai menghasilkan 1,5 juta ton katoda tembaga pada tahun depan. Katoda tembaga tersebut berasal dari produk smelter PTFI dan Amman Mineral.

“China hasilkan 12 juta ton katoda konsentratnya di laut China tapi smelter di China, Kedua Chili, Ketiga Kongo. Keempat Jepang 1,5 juta ton. Indonesia capai 1,5 juta ton nanti,” kata Tony dalam MINDialogue.

Dengan besarnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dalam rantai pasok mineral kritis dan strategis dunia maka penting bagi Indonesia untuk mengembangkan industri, sumber daya manusia, hingga teknologi di sektor tersebut. Indonesia juga tidak boleh terjebak dalam persaingan geopolitik antara China dan AS dalam pengelolaan mineral kritis dan strategis.**

Ikuti Kami

Tags

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top