SUARAENERGI.COM – Pengembangan kebijakan dekarbonisasi memerlukan teknologi dan inovasi, dimana peran insinyur yang adaptif terhadap teknologi, solutif dan inovatif diperlukan dalam mendukung keberlanjutan lingkungan hidup.
Direktur Teknik dan Lingkungan (Dirtekling), Ditjen Migas, Kementerian ESDM, Mirza Mahendra di hadapan perwakilan rektorat Institut Teknologi Bandung (ITB), para koordinator program profesi insinyur ITB, perwakilan Persatuan Insinyur Indonesia, serta para wisudawan Program Studi Program Profesi Insinyur ITB mengungkapkan bahwa Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM berkomitmen untuk mendukung penyelenggaraan keinsinyuran sesuai amanat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran.
Hal ini ditunjukkan dengan telah dilakukan prosesi pelantikan wisuda serta pengambilan sumpah profesi insinyur kepada 36 Aparatur Sipil Negara (ASN) Ditjen Migas di Sasana Budaya Ganesha, ITB, Senin (16/10/2023).
“Ada 36 orang ASN, merupakan komitmen dari kami di Kementerian ESDM untuk mendukung upaya Pemerintah untuk memenuhi Undang-Undang Insinyur guna melahirkan SDM-SDM yang unggul, berkualifikasi, dan berkompetensi,” ungkap Mirza dalam pidatonya mewakili 196 wisudawan yang dilantik dan disumpah profesi insinyur di Sasana Budaya Ganesha, Institut Teknologi Bandung, Senin (16/10/2023).
Mirza mengungkapkan bahwa di sektor energi saat ini dituntut menciptakan dan menggunakan energi bersih. Di sisi lain konsumsi energi terus bertambah seiring bertambah penduduk perkembangan ekonomi. Oleh karena itu, menurut Mirza kebijakan transisi energi menjadi hal yang sangat fundamental
Kebijakan dekarbonisasi seperti Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization Storage (CCS/CCUS), masalah emisi gas buang hingga pemanfaatan bahan bakar nabati atau biofuel memerlukan teknologi dan juga inovasi. Dimana pengembangan kebijakan dan teknologi tersebut memerlukan peran insinyur yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, solutif dan inovatif dalam mendukung keberlanjutan lingkungan hidup.
Mirza juga mengingatkan bahwa para insinyur harus memiliki integritas seraya berharap agar semua wisudawan termasuk 36 ASN Ditjen Migas dapat menjadi insinyur yang berkontribusi dan mampu menghadapi tantangan yang terus berkembang dalam urusan kemasyarakatan, peningkatan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan, serta memenuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan standar etika dan profesionalitas yang tinggi.
“Kami yakin bahwa di sini dan pada hari ini telah lahir insinyur yang profesional yang mampu menghadapi tantangan dan permasalahan bangsa. Dan tentunya semoga kita semua yang ada di sini bisa membuat perubahan dan menjadikan dunia ini tempat yang lebih aman, berkelanjutan, dan lebih baik bagi semua orang serta untuk anak cucu kita semua ke depan,” pungkas Mirza.
Hal senada juga diungkap Rektor ITB Prof. Ir. N. R. Reini Djuhraeni Wirahadikusumah, MSCE, Ph.D yang diwakili Direktur Pendidikan Non Reguler Ir. Ridwan Sutriadi, S.T., M.T., Ph.D. IAP IPU khususnya terkait peran profesi insinyur dalam menghadapi engineering megatrend.
Dikatakan Ridwan bahwa para insinyur harus akrab dengan beberapa kata kunci seperti digital transformation, keberlanjutan atau sustainability, dunia yang saling bergantung atau independent world, kemudian supply chain resilient, localization and staying closer to home, engineering transformation, reducing carbon footprint, artificial intelligence, dan machine learning.
“Peran terpenting para insinyur dalam menghadapi engineering megatrend tersebut ialah terus mengembangkan kompetensi profesionalnya agar selalu mengikuti tren dan teknologi insinyuran terkini,“ ungkap Ridwan.