SUARAENERGI.COM – Kementerian ESDM bersama dengan Kedutaan Besar Belanda menyelenggarakan Renewable Energy and Climate Summit Indonesia-Netherlands (RECSIN) pada tanggal 9-13 Oktober 2023 di Hotel Ritz Carlton Jakarta, dengan partisipan terdiri dari perwakilan pemerintah, bisnis, universitas dan institusi dari kedua negara.
Dalam sambutannya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa terjadi tren peningkatan suhu udara di Indonesia sekitar 0,03 derajat Celcius per tahun pada periode 1981-2018, dan diikuti dengan kenaikan permukaan air laut sebesar 0,8-1,2 cm/tahun.
“Perubahan iklim telah mempengaruhi cuaca ekstrem di setiap wilayah di seluruh dunia. Wilayah pesisir mengalami penurunan permukaan tanah akibat naiknya permukaan air laut. Situasi ini mengharuskan kita untuk segera mengubah sistem energi menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujarnya ketika membuka acara RECSIN di Jakarta, Senin (9/10).
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia menghadapi tantangan tersebut, imbuh Arifin, ialah dengan membuat peta jalan transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, melalui pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) yang dimiliki oleh Indonesia, diantaranya adalah sumber dari energi matahari, air, angin, dan panas bumi.
Arifin menambahkan, bahwa pemerintah juga memprioritaskan program dekarbonisasi sebagai strategi untuk percepatan mencapai NZE, diantaranya adalah dengan mengembangkan proyek EBT tarif yang lebih menarik, mengenalkan perdagangan dan pertukaran karbon di sektor pembangkit listrik, mempensiunkan secara dini PLTU batubara, konversi pembangkit listrik tenaga diesel menjadi gas dan EBT.
“Selain itu, adalah dengan menerapkan cofiring biomassa pada PLTU, menyiapkan pendanaan untuk pengeboran panas bumi, menerapkan biodiesel B35, konversi motor listrik,” jelasnya.
Dengan program-program tersebut di atas, Ia mengatakan bahwa bukan berarti pemerintah hanya berfokus terhadap EBT saja, melainkan pemerintah juga fokus terhadap sumber daya mineral, seperti nikel, karena akan dimanfaatkan untuk bahan baku baterai dan penyimpanan, selain itu juga ada elemen tanah jarang yang bisa digunakan sebagai komponen untuk turbin angin, panel surya, dan kendaraan listrik.
“Sumber daya dan cadangan mineral di Indonesia sangat besar, sehingga harus bisa dimanfaatkan secara optimal potensi tersebut. Pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan dalam pengolahan dan pemurnian mineral,” imbuhnya.
Menutup sambutannya, Arifin berharap bahwa dengan diadakannya forum ini, kolaborasi antara Indonesia dan Belanda bisa semakin solid dan kuat, sehingga dapat memberikan manfaat khususnya dalam percepatan transisi energi dan mencapai target NZE di Indonesia.