SUARAENERGI.COM, Jakarta – PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream Pertamina, terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas nasional melalui strategi inovatif dan penerapan teknologi canggih. Komitmen ini disampaikan dalam Energy Outlook 2025 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pemasok Energi dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo) di Park Hyatt Jakarta, pada 27 Februari 2025.
Vice President Upstream Business Planning & Portfolio Management PHE, Asep Samsul Arifin, menekankan bahwa inovasi merupakan elemen kunci dalam menjaga ketahanan energi nasional serta mendukung Asta Cita pemerintah untuk membangun Indonesia yang mandiri dan berdaya saing di sektor energi.
Saat ini, PHE menyumbang 69% produksi minyak nasional dan 37% produksi gas nasional. Namun, tantangan utama di sektor hulu migas adalah mempertahankan produktivitas lapangan yang telah lama beroperasi.
“Sebagian besar lapangan di Indonesia sudah memasuki fase matang, sehingga diperlukan strategi baru agar produksi tetap optimal dan mendukung ketahanan energi nasional,” jelas Asep.
Sebagai bagian dari Asta Cita ke-2, yang mencakup swasembada energi dan pengembangan ekonomi hijau serta biru, PHE berkomitmen untuk meningkatkan produksi minyak dan gas secara berkelanjutan. Perusahaan menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan eksplorasi strategis guna memastikan pasokan energi yang stabil tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, strategi eksplorasi dan pengembangan energi PHE juga sejalan dengan Asta Cita ke-5, yang berfokus pada hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Dengan meningkatkan produksi minyak dan gas domestik, PHE berperan dalam mendukung industri hilir, termasuk sektor pengolahan bahan bakar, petrokimia, dan gas industri. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor produk energi olahan dan memperkuat daya saing industri nasional.

Strategi PHE dalam Mengoptimalkan Produksi Migas
Untuk menghadapi tantangan produksi, PHE menerapkan berbagai strategi, seperti eksplorasi wilayah baru, reaktivasi sumur tidak aktif, serta penggunaan teknologi EOR. Teknologi waterflood dan steamflood diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi pada lapangan migas yang telah beroperasi lama.
Selain itu, percepatan proyek greenfield atau pengembangan lapangan baru menjadi prioritas utama.
“Kami berfokus pada eksplorasi wilayah baru, termasuk pengeboran di area laut dalam dan target yang lebih dalam dari sumur konvensional. Ini adalah langkah strategis untuk memastikan cadangan energi tetap mencukupi di masa depan,” tambah Asep.
Ke depan, PHE akan terus meningkatkan efisiensi operasional serta mencari peluang eksplorasi baru. Asep menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi sangat penting untuk menjaga daya saing industri migas.
“Dunia energi sedang berubah, dan kita harus beradaptasi dengan inovasi serta efisiensi. Dengan strategi yang tepat, industri migas Indonesia masih memiliki potensi besar untuk berkembang dan terus menjadi pilar utama ketahanan energi nasional,” tegasnya.

Komitmen Pertamina dalam Swasembada Energi dan Transisi Energi
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa Pertamina berkomitmen untuk meningkatkan produksi migas dengan mengalokasikan 62% Capex ke sektor hulu guna mendukung swasembada energi nasional.
“Pertamina terus menjalankan strategi pertumbuhan ganda dengan memperkuat bisnis eksisting dan membangun bisnis baru rendah karbon. Strategi ini harus dijalankan dengan inovasi tiada henti,” ungkap Fadjar.
Energy Outlook 2025 menjadi ajang diskusi strategis bagi para pemangku kepentingan sektor energi. Dengan semakin kompleksnya tantangan global, inovasi dan efisiensi menjadi dua faktor utama dalam menjaga keberlanjutan industri migas, sekaligus mewujudkan Asta Cita dalam membangun kemandirian energi nasional.
PHE akan terus mengalokasikan investasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas dengan berpedoman pada prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). PHE juga berkomitmen untuk menerapkan Zero Tolerance on Bribery dengan memastikan pencegahan terhadap praktik kecurangan serta menjaga transparansi agar perusahaan tetap bebas dari tindakan penyuapan. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah menerapkan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) yang telah tersertifikasi ISO 37001:2016. PHE terus mengembangkan operasional yang prudent dan excellent, baik di dalam maupun luar negeri, secara profesional guna mencapai visi sebagai perusahaan minyak dan gas kelas dunia yang ramah lingkungan, bertanggung jawab secara sosial, serta berorientasi pada tata kelola yang baik.
Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung pencapaian Net Zero Emission 2060 dengan terus mengembangkan program-program yang memberikan dampak nyata terhadap Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh inisiatif ini sejalan dengan implementasi Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasional Pertamina.