SUARAENERGI.COM – Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam penggunaan BBM ramah lingkungan, PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) lakukan penandatanganan pekerjaan jasa penyewaan kapal dan pengelolaan _Ship to Ship_ (STS) dalam mendistribusikan penyaluran bahan bakar nabati (fatty acid methyl ester/FAME).
Kerjasama ini dilakukan dengan 22 perusahaan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI). Perjanjian ini secara simbolis ditandangani oleh Direktur Pemasaran PTK, Andy Arvianto dengan perwakilan APROBI Ernest Gunawan selaku Sekretaris Jenderal APROBI sekaligus Kuasa Direksi PT Musim Mas dan Rowan Arifin selaku Direktur Utama PT Energi Unggul Persada.
Kegiatan penandatanganan disaksikan oleh Direktur Utama PTK, I Ketut Laba, Kepala Divisi Penyaluran Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Fajar Wahyudi, perwakilan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM Junaedi, dan Wakil Ketua Umum Bidang Rantai Pasok APROBI Suwandi Winardi.
I Ketut Laba, Direktur Utama PTK, menyatakan bahwa kerjasama ini adalah bagian dari komitmen PTK untuk mendukung inisiatif Pemerintah dalam transisi energi.
“Kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan APROBI. Tentunya PTK sangat berkomitmen untuk tetap menjaga service excellence dengan mengutamakan aspek Health, Safety, Security, and Environment (HSSE). Semoga di tahun-tahun ke depan PTK tetap mendapat kepercayaan APROBI dalam mendukung program bauran energi Pemerintah, baik B35 maupun peningkatan komponen FAME ke depannya”, ujar Ketut.
Hal ini merupakan langkah PTK dalam mendukung implementasi program B35, yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan penggunaan bahan bakar nabati dan mengurangi kebutuhan bahan bakar fosil, terutama di wilayah Kalimantan Timur. B35 sendiri merupakan campuran bahan bakar diesel dengan 35% biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit.
Sementara itu, Ernest Gunawan mengungkapkan optimismenya terhadap kemitraan ini. “Kerjasama dengan PTK menunjukkan sinergi positif antara produsen biofuel dan sektor logistik. Ini akan memperkuat rantai pasok biodiesel nasional dan memastikan distribusi yang efisien. Kami percaya bahwa langkah ini akan mendukung target pemerintah dalam mencapai bauran energi yang lebih hijau,” kata Ernest.
Kerjasama ini juga mencakup peningkatan kapasitas infrastruktur dan fasilitas penyimpanan biodiesel di pelabuhan-pelabuhan utama. Hal ini penting untuk memastikan bahwa biodiesel B35 dapat disalurkan dengan cepat dan tepat waktu, mendukung kelancaran operasional transportasi laut yang merupakan tulang punggung distribusi barang di Indonesia.
Fajar Wahyudi, perwakilan BPDPKS, juga menambahkan bahwa kerjasama ini merupakan bentuk nyata dari dukungan industri terhadap program B35. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan distribusi biodiesel akan lebih optimal dan tepat sasaran, mendukung pembangunan berkelanjutan dan ketahanan energi nasional.