SUARAENERGI.COM – Dewan Energi Nasional (DEN) baru saja melakukan kunjungan kerja ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla di Sumatera Utara dalam rangka pengawasan implementasi RUED Provinsi Sumut nomor 4 Tahun 2022 dan kesiapan penyediaan energi dalam perubahan Kebijakan Energi Nasional serta mengetahui proses bisnis PLTP Panas Bumi secara langsung. (26/4).
Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah, salah satunya energi panas bumi yang pembangkitannya sudah beroperasi secara komersial sejak Maret 2017 di Sarulla dengan kapasitas 3 x 110 Mega Watt yaitu 3 unit Power Plant : Silangkitang (SIL) , Namoro I Langit (NIL-1) dan Namoro I Langit -2 (2018) di Sumatera Utara. Pada Mei 2018 pembangkit tersebut berproduksi dan beroperasi penuh sebanyak 3 unit pada tahun pertama dengan kapasitas 327 Mega Watt (MW), namun mengalami kendala dan mengalami declined capacity akibat force majeure pada NIL sehingga mengalami penurunan menjadi 234 MW. Sarulla yang dioperasikan oleh Sarulla Operation Ltd adalah project panas bumi pertama yang di biayai oleh Project Japan Bank International Corporation (JBIC) / Asian Bank Development (ADB).
PLTP Sarulla menggunakan system combined cycle yaitu Integrated Geothermal Combined Cycle Unit (IGCCU), jadi menggunakan binary teknologi sehingga sisa buangan uapnya diolah lagi untuk menjadi tambahan kapasitas listrik sehingga sangat efisien.
Saat ini Sarulla II berpotensi melakukan ekspansi ke Tapanuli Selatan di WKP Sibual- buali East Sector (SBE) dan sudah masuk dalam RUPTL 2021-2030 dan diperkirakan kapasitas potensialnya sebesar 260 MW.
Kunjungan diterima oleh CEO Sarulla beserta jajarannya dan diawali dengan kata sambutan Muhammad Rangga Humas Sarulla Geothermal.
Pada kesempatan tersebut Anggota DEN Asnatio Lasman memaparkan kondisi kepanasbumian Indonesia dan target- target yang ada dalam pembaharuan KEN dimana panas bumi berkontribusi besar dalam energi mix pada tahun 2060 dengan memaksimalkan potensi yg ada sebesar 4.8 % – 5.2% pada tahun 2060.
Potensi energi terbarukan yang melimpah di negeri kita, pemanfaatannya juga dinilai krusial untuk mendukung target NDC, NZE, dan RPP KEN, namun demikian capaian pemanfaatan energi terbarukan dinilai masih rendah, khususnya disebabkan oleh rendahnya investasi bidang aneka EBT.” terang Anggota DEN Musri.
Anggota DEN Abadi Purnomo memberikan komentar terkait penjelasan pihak Sarulla atas kejadian Force Majeure bahwa selama ini Sarulla Ltd telah mengajukan permohonan kondisi Force Majeure dan penyesuaian tarif sesuai ketentuan yang berlaku dan melakukan pertemuan dengan pihak berwenang seperti, Ditjen EBTKE, Ditjen ketenagalistrikan, Menkomarinves, Jamdatun dan lain sebagainya, namun membutuhkan waktu yang cukup lama, saat ini sedang menunggu undangan PLN untuk mendiskusikan penyelesaian permasalahan penyesuaian tarif.
Lebih lanjut, Sahat Simangunsong Kasubdit Investasi dan Kerjasama Panas Bumi, Direktorat Jenderal EBTKE KESDM menyampaikan bahwa di area sumatera utara banyak potensi pembangkit PLTP yang masih belum bisa beroperasi secara maksimal, termasuk PLTP Sibayak sehingga perlu di lakukan pemanfaatan lebih intensif.
Alexander Smith selaku Project Manager Sarula menjelaskan terdapat fasilitas switcher, dimana listrik dapat memungkinkan ekspor dan impor dari listrik dengan PLN jika terjadi kendala dalam fasilitas pembangkit. PLTP Namoro I Langit (NIL) terdapat 2 area dengan desain yg similar dan lokasi yang mirorring satu sama lain.
Lebih lanjut Alex sapaannya mengatakan “Pada beberapa sumur di kawasan NIL, mengandung asam yang tinggi sehingga menyebabkan kendala korosi pada fasilitas pipa sehingga dibutuhkan treatment dan material khusus sebagai casing pipa untuk mencegah karat dan menginjection cairan pencegah korosi.”
“Selain permasalahan kandungan asam tersebut, beberapa sumur juga menghadapi kendali declined potential dimana beberapa sumur hanya mampu berproduksi sebesar 60%. Dari total NIL 1-2 sebesar 330 MW, saat ini berkurang sekitaran angka 90 an MW.” Jelas Alex.
Pada PLTP Silangkitang (SIL) unit, hanya terdapat 1 unit area dengan tingkat produksi dan kondisi ph yang masih jauh lebih baik dibanding fasilitas di NIL, dengan total 4 sumur produksi dan 9 injection wells.
Pada fasilitas PLTP Sarula, 100% dari reservoir air dikembalikan kedalam tanah, serta menggunakan air cooling system bukan menggunakan hidro sebagai pendinginnya. Sehingga dapat dipastikan tidak akan mengganggu sumber ketersediaan air di kawasan.
Dalam produksi uapnya, menggunakan Pentane yaitu cairan dengan titik didih yg jauh lebih rendah dibanding air melalui mekanisme close loop, setelah diuapkan dan menggerakkan turbin akan didinginkan kembali menjadi bentuk cair untuk loop selanjutnya. Sistem ini merupakan sistem pertama di Indonesia disebut IGCCU (Integrated Geothermal Combined Cycle Units)
Di akhir acara diskusi, kemudian anggota DEN diajak melihat secara langsung instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi tersebut dengan memakai perlengkapan safety seperti sepatu khusus dan helm.