SUARAENERGI.COM – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang tergabung dalam East Kalimantan System, menyelenggarakan Rapat Pleno ke-15 East Kalimantan Gas Management Committee (EKGMC). Pertemuan ini menekankan pentingnya kerja sama dalam mengelola pasokan gas bumi di Kalimantan Timur serta memastikan operasional yang optimal di fasilitas produksi East Kalimantan System, khususnya kilang LNG Bontang.
Wakil Kepala SKK Migas sekaligus Ketua EKGMC, Shinta Damayanti menyatakan bahwa pertemuan EKGMC kali ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah Indonesia dalam pengembangan potensi sumber daya gas bumi di Kalimantan Timur untuk pemenuhan energi nasional. Salah satu target utama adalah mendukung capaian produksi gas bumi sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) pada tahun 2030, dengan rencana masuknya gas bumi dari lapangan-lapangan baru di Kalimantan Timur seperti Geng North, Gehem, Gendalo, Gandang, Maha, dan SIS-A.
“Kami berharap agar seluruh pihak dalam EKGMC dapat berkomitmen menyelesaikan masalah-masalah terkait manajemen pasokan gas bumi, baik dari segi cadangan dan deliverability, manajemen pemipaan gas, pengaturan alokasi pasokan gas, manajemen penjualan dan pengapalan LNG dan LPG, serta optimalisasi pemrosesan gas di kilang LNG Bontang,” kata Shinta dalam sambutannya pada Kamis (27/6) di Jakarta.
Kalimantan Timur telah menjadi tulang punggung produksi gas bumi nasional selama lebih dari satu dekade, dengan kontribusi sekitar 20% dari total produksi gas bumi Indonesia dalam lima tahun terakhir. Produksi gas bumi dari wilayah ini juga mendukung berbagai kebutuhan energi nasional, termasuk industri pupuk, pengolahan minyak, pembangkit listrik, dan industri kimia.
“SKK Migas berharap para KKKS di Kalimantan Timur terus melakukan berbagai upaya terobosan agar kontribusi dari hulu migas tetap memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Kami juga terus mendorong peningkatan produksi di Kalimantan Timur serta kontribusi yang lebih signifikan melalui optimasi produksi dan peningkatan eksplorasi untuk menemukan cadangan baru,” ungkap Shinta.
Rapat pleno EKGMC ke-15 ini akan fokus pada beberapa isu strategis utama seperti reaktivasi dan optimalisasi pengoperasian fasilitas produksi kilang LNG Bontang, isu aset kilang LNG Bontang dan pemipaan East Kalimantan System, serta penyusunan Pedoman Pelaksana Bontang Processing Agreement (BPA).
Dalam kegiatan ini juga akan dilakukan penandatanganan Key Terms dari A/R Eastkal Principle Reform dan amandemen kedua dari perjanjian A/R Eastkal Principle Reform yang diharapkan selesai pada September 2024.
“Saya berharap pemaparan dan diskusi di tingkat sub komite dapat dilaksanakan dengan efektif, mengingat diskusi teknis telah dilakukan sebelumnya dan telah ada kesepakatan yang dicapai. Di tengah berbagai persoalan, keberadaan EKGMC diuji untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan bijaksana. Kami berharap rapat pleno ini menghasilkan kesepakatan yang bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat,” pungkas Shinta.