Korporasi, Minerba

Menanti Janji MIND ID di Proyek Hilirisasi

SUARAENERGI.COM – Banyak pihak yang awalnya meragukan komitmen pemerintahan Jokowi dalam menjalankan hilirisasi di sektor pertambangan. Ada semacam pesimisme lantaran sudah terlalu lama terlena dengan mengekspor produk tambang mentah-mentah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu di dalam negeri. Padahal semua tahu, tidak ada nilai tambah dalam produk yang dipasarkan tersebut. Hanya produk mentah belaka, yang tentu saja tidak mendatangkan keuntungan lebih bagi Indonesia.

Namun, asa mulai terlihat ketika Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan tetap kukuh untuk melanjutkan proyek hilirisasi. Selain karena memang perintah UU Minerba Nomor 3 Tahun 2020, hilirisasi merupakan upaya untuk memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia. Bahkan gertakan ekonomi yang datang dari luar sekalipun, tak membuat nyali Jokowi menciut.

Namun apakah keberanian dan ketegasan Presiden Jokowi bisa selaras dengan perangkat di bawahnya? Ini yang menjadi pertanyaan menarik untuk dicermati. Ternyata, MIND ID sebagai holding pertambangan yang dibentuk di era Jokowi, sejauh ini terbilang cukup mampu menjawab pertanyaan sekaligus tantangan tersebut. Setidaknya itu yang bisa dipetik dari catatan kinerja MIND ID yang mengantongi mayoritas saham pada empat perusahaan industri tambang terbesar di Indonesia; PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Freeport Indonesia.

Sekretaris Perusahaan MIND ID Heri Yusuf, dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (11/8/2023) menjabarkan bahwa setiap anggota MIND ID diwajibkan menjalankan proyek hilirisasi secara cepat dan tepat. Antam misalnya, saat ini tengah memperbanyak pembangunan smelter, seperti smelter feronikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara hingga smelter feronikel di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara. Selain smelter, Antam juga kini berfokus pada proyek strategis yang berkaitan dengan transisi energi, yakni pengembangan ekosistem kendaraan listrik, terutama dari sisi pengembangan baterai.

Sedangkan untuk hilirisasi timah, PT Timah Tbk kini juga sedang menggarap top submerged lance (TSL) Ausmelt Furnace dengan biaya investasi mencapai US$80 juta. Proyek ini digadang-gadang mampu memproses timah dengan kadar rendah yakni hingga 40 persen.

PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) juga tak mau kalah. Lewat anak usaha Indonesia Aluminium Alloy (IAA), perseroan berupaya meningkatkan kapasitas produksi smelter Kuala Tanjung, dengan memproduksi billet aluminium sekunder dengan kapasitas cetak sebesar 50.000 ton per tahun secara bertahap. Inalum bahkan bercita-cita akan memproduksi berbagai produk aluminium ekstrusi sebagai produk turunannya.

PT Freeport Indonesia (PTFI) juga kini sedang dalam tahap membangun mega smelter di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, yang berdiri di atas luas total sekitar 100 hektar. Proyek yang dinamakan Smelter Manyar ini memiliki kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 2 juta ton per tahun. PTFI menjadikan smelter single line itu, sebagai tempat pengolahan tembaga terbesar di dunia.

Tak ketinggalan, ada proyek smelter grade alumina refinery (SGAR) Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek ini merupakan proyek kolaborasi antara Antam dan Inalum melalui PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). Proyek ini memproses pengolahan bauksit menjadi aluminium dengan kapasitas 1 juta ton.

Sekarang mari kita lihat di sektor batubara. Tercatat, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) sedang mengerjakan proyek hilirisasi pembangkit listrik serta proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT). Proyek hilirisasi pembangkit listrik yang dijalankan PTBA adalah pembangunan di kawasan Sumsel 8 berkapasitas 2 x 600 Megawatt dengan progress konstruksi sudah selesai. Pada Juli 2023, sedang berada pada tahap pre commisioning.

PTBA juga sedang menunggu proyek transmisi sebesar 500 KV Sumatera dari Muara Enim Sumatera Selatan-New Aur Duri Jambi. Sejauh ini, PTBA sudah melaksanakan konstruksi secara maksimal. Selanjutnya, PTBA juga menggarap pembangkit listrik tenaga surya dan angin dengan total mencapai 641 kwp, yang antara lain telah beroperasi di Bandara Soekarno Hatta International Airport (SHIA) dan Tol Bali Mandara. Panel surya tersebut total mencapai 641 kwp.

Sementara itu, Pakar Hukum Pertambangan Ahmad Redi meminta seluruh anggota MIND ID untuk tetap berani dan tampil menunjukkan “taji” dengan menjalankan program hilirisasi sebagaimana telah diperintahkan oleh UU Minerba. Ahmad kembali menegaskan bahwa tujuan hilirisasi pada dasarnya sangat penting untuk kepentingan nasional Indonesia, yakni meningkatkan nilai tambah produk mineral maupun batubara.

“Pemerintah juga diharapkan terus mendorong MIND ID agar tetap berada di rel yang telah tepat, bahwa program hilirisasi merupakan kewajiban yang sudah jelas bermanfaat bagi rakyat Indonesia,” ujar Ahmad kepada suaraenergi.com, Rabu (13/9/2023). Ishak Pardosi

Ikuti Kami

Tags

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top