SUARAENERGI.COM – Industri pertambangan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini mampu memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan perekonomian nasional.
Guna mengoptimalkan peran sektor pertambangan, industri pertambangan di Indonesia mengalami berbagai adaptasi terhadap tantangan perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir, salah satunya adalah inovasi digitalisasi.
“Inovasi dan digitalisasi merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi di industri pertambangan. Perusahaan pertambangan yang dapat memanfaatkan teknologi-teknologi ini dengan baik akan memiliki keunggulan kompetitif,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi di Jakarta, Kamis (7/12).
Salah satu inovasi dan digitalisasi yaitu melalui penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk mendeteksi potensi bahaya dan peringatan dini pekerja tambang. Inovasi yang diberi nama Mining Eyes dirancang dengan tujuan menerapkan pengawasan langsung jarak jauh untuk meminimalkan kontak fisik antara pekerja dan bahaya yang ada di area pit.
“Mining Eyes merupakan pengawasan jarak jauh menggunakan teknologi CCTV serta telah diintegrasikan dengan mining analytic dengan penggunaan AI (Artificial Intelligence), teknologi ini dapat memonitor dan melaporkan pergerakan manusia dan unit alat berat di tambang sehingga menghasilkan operasi yang lebih produktif dan lebih aman karena kurangnya potensi bahaya atas interaksi manusia langsung dengan alat berat yang beroperasi atau berada di area yang memiliki risiko tinggi,” terang Corporate Communication Superintendent PT Berau Coal Rudini Rahim saat tim www.esdm.go.id berkunjung ke kantornya di Berau, Kalimantan Timur, pada Rabu (6/12).
Selain Mining Eyes, inovasi digital di PT Berau Coal adalah smart application yang bernama BEATS yang merupakan kepanjangan dari BeGeMS (Berau Coal Green Mining System) Automation Tracking System. Aplikasi ini digunakan untuk menunjang pengawasan dan analisis kegiatan operasi serta Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) yang sebelumnya dilakukan secara manual kini telah menggunakan teknologi digital.
“Lewat aplikasi ini proses pengawasan operasi yang melibatkan lebih dari 24.000 pekerja dapat dilakukan dengan baik,” tambahnya.