SUARAENERGI.COM – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya meningkatkan penyerapan gas bumi, terutama di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengadakan Forum Gas Bumi 2024 yang bertemakan “Membangun Sinergi Infrastruktur dan Pasar Gas Bumi Dalam Rangka Optimalisasi Penyerapan Gas Bumi Nasional”.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, menyampaikan bahwa gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang memiliki peran signifikan dalam era transisi energi. “Diyakini, kebutuhan gas bumi di Indonesia akan semakin besar ke depannya. Apalagi, sumber daya gas bumi di Indonesia masih berlimpah. Dari 5 temuan cadangan gas terbesar di dunia tahun lalu, 2 di antaranya berada di Indonesia, ini menjadikan Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk gas bumi,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (14/6).
Kurnia juga menjelaskan bahwa saat ini kebutuhan gas bumi di wilayah Jawa Barat masih belum terpenuhi secara maksimal akibat menurunnya pasokan gas bumi secara alamiah dari wilayah Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Sementara itu, terdapat ekses pasokan gas bumi di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah karena belum optimalnya serapan. “Dengan demikian, perlu adanya sinergi antara para produsen gas bumi, pelaku midstream, serta pembeli dan pengguna agar serapan dapat lebih optimal,” tambahnya.
Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas, Rayendra Sidik, menambahkan bahwa Forum Gas Bumi 2024 difokuskan bagi para pelaku industri pengguna gas bumi di Jawa Barat yang masih mengalami kekurangan pasokan. “Kami akan sampaikan kepada mereka bahwa di wilayah Jawa Timur masih ada pasokan yang belum terserap sehingga ini dapat dioptimalkan melalui berbagai alternatif cara,” ujarnya.
Rayendra menyebut acara ini juga bertujuan untuk menginformasikan kondisi pasokan jangka pendek serta rencana pasokan jangka menengah – panjang di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Acara ini juga akan memetakan kebutuhan pembeli utama di wilayah tersebut, serta pemetaan pasokan gas dari Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan gas di Jawa Barat setelah selesainya pembangunan pipa Semarang – Cirebon Tahap II.
Lebih lanjut, Rayendra menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur pipa gas yang belum tersambung, seperti Dumai – Sei Mangke, Cirebon – Semarang, dan West Natuna Transportation System (WNTS) ke Batam (Pulau Pemping). “Dengan adanya infrastruktur pendukung, diharapkan dapat mengembangkan pasar gas dan perekonomian sepanjang jalur pipa, serta menjamin pasokan gas untuk wilayah Jawa Barat dengan adanya alternatif pasokan,” katanya.
Rayendra menambahkan bahwa tersedianya infrastruktur pendukung dan alternatif pembeli akan memberikan kepastian bagi investor hulu migas, terutama dalam hal optimalisasi serapan sumber gas di lapangan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama).
Pemerintah juga sangat mendukung pengembangan gas bumi baik dari sisi pendanaan, infrastruktur, maupun kebijakan. “Saat ini pemerintah terus membangun infrastruktur untuk membantu penyaluran gas bumi, serta kebijakan pemanfaatan jaringan gas ke rumah-rumah dan kebijakan pembatasan ekspor LPG, dengan demikian, penyerapan gas bumi domestik dapat dioptimalkan,” ujar Kurnia.
Dengan langkah-langkah ini, SKK Migas berharap dapat membangun sinergi yang kuat antara produsen, pelaku midstream, dan pengguna akhir gas bumi untuk mencapai optimalisasi penyerapan gas bumi nasional.