SUARAENERGI.COM – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diwakili oleh Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki filosofi dalam pengembangan sektor energi harus dilakukan secara seimbang, antara ketahanan energi, pemerataan energi, dan kelestarian lingkungan (trilema energi). Hal itu disampaikan ketika membuka Seminar Bertajuk ‘Energi dan Generasi Muda’ di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (26/4).
Agus menjelaskan bahwa trilema energi sudah dijalankan oleh pemerintah, salah satunya dalam upaya untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh wilayah Indonesia hingga 100%. Per akhir tahun 2023 lalu, rasio elektrifikasi Indonesia telah mencapai 99,78%. Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi, pemerintah menggunakan sumber energi yang dimiliki oleh daerah-daerah yang tidak terjangkau infrastruktur kelistrikan.
“Bagaimana kita membuat keadilan bagi seluruh masyarakat, dengan menunjukkan bahwa energi di sekitar mereka itu bisa dikelola, disitulah nanti bagaimana kita mengelola Sumber Daya Alam, bagaimana kita melihat sumber daya yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan mulai dari biogas, air, tanaman dan lainnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Agus menyebutkan bahwa dengan menerapkan trilema energi secara seimbang, akan menjadikan lingkungan tetap terjaga, seluruh masyarakat dapat merasakan kehadiran energi dengan harga terjangkau, serta ketahanan energi nasional akan terjamin.
Kemudian penerapan hal itu juga sejalan dengan upaya global dalam mewujudkan komitmen dunia untuk pembangunan berkelanjutan yang tertuang ke dalam Sustainable Development Goals (SDGs). “Di dalam SDG terdapat no one left behind, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tertinggal secara ekonomi. Bagaimana SDGs itu secara ekonomi kita tidak ada yang tertinggal, namun di sisi lain bagaimana kita menjaga lingkungan tetap terjaga, serta mengurangi energi fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca,” jelas Agus.
Meski demikian, Agus menyebutkan untuk mewujudkan semua hal tersebut secara optimal memerlukan kolaborasi dari semua pihak, yakni pemerintah, swasta, akademisi, maupun media dan komunikasi. Generasi muda juga bisa ikut andil dalam mendukung upaya pemerintah.
“Generasi muda harus bisa membaca fenomena yang ada, kemudian dirumuskan dengan literasi yang saat ini mudah diakses, dan harus gigih untuk berinovasi dan mencoba hal yang baru,” tandasnya.