Pendapat PERTAMINA: Tantangan Perkembangan Energi Hijau di Indonesia

SUARAENERGI.COM – PT Pertamina (Persero) menjawab tantangan pengembangan energi yang lebih ramah lingkungan di Indonesia. Sejatinya, tantangan utama dalam pengembangan energi hijau di Indonesia adalah letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

Senior Vice President Business Development PT Pertamina, Wisnu M Santoso membenarkan bahwa permasalahan dalam pengembangan energi hijau adalah letak geografis Indonesia yang kepulauan.

Diperlukan pembangunan infrastukur yang saling terkoneksi antar pulau di Indonesia. “Kita tidak seperti Amerika yang lahannya luas terkumpul menjadi satu, sehingga mudah membangun infrastruktur yang menyambung, sedangkan di Indonesia hal ini menjadi tantangan,” kata Wisnu dalam acara One Map Policy Summit 2024, Jumat (12/7/2024).

Selain itu, Menurut Wisnu, pemetaan potensi sumber energi baru terbarukan sangat penting. Sehingga dibutuhkan data geospasial menjadi solusi dalam pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia.

“Solusinya harus lokal, jadi gimana geospasial data ini memetakan potensi renewable apa yang ada di daerah, lahan kritis mana daerah yang bisa kita manfaatkan untuk penanaman feedstock biofuel yang sifatnya non competitive dengan food,” katanya.

Data itu harus bisa mencakup informasi seperti kekuatan angin pada wilayah itu, potensi panas matahari ataupun panas bumi. Sehingga nantinya bisa dibentuk rencana kewilayahan untuk bisa dilakukan secara terintegrasi.

Lebih lanjut, Wishnu juga sudah menjelaskan Pertamina sudah mengembangkan peta jalan untuk melakukan dekarbonisasi bisnis yang bergerak ke arah energi baru terbarukan. Seperti bisnis biofuels.

“Saat ini mobil listrik berkembang pesat di Indonesia tapi itu bukan solusi yang paling sustainable terhadap dekarbonisasi sektor transportasi. sehingga Bahan bakar liquid masih menjadi tulang punggung, ,” kata

Sehingga tantangannya untuk mengurangi emisi, dengan memperkenalkan bahan bakar cair baru yang ramah lingkungan. Saat ini pertamina juga sudah mengeluarkan BBM campuran seperti Pertamax Green dan Biosolar B35.

“Dan proses itu sudah dilakukan, sekarang Pertamina investasi di dua kilang utama Balikpapan dan Cilacap agar bisa menghasilkan BBM standar Euro 5. yang emisinya kecil,” katanya.

“Tidak kalah penting gimana kita mencampurkan komponen biofuels ke BBM konvensional kita untuk mengurangi scope emission,” katanya.

Namun menurutnya pengembangan biofuels bisa juga memanfaatkan lahan kritis yang tidak bersaing dengan hasil produksi komoditas pangan. Sehingga menurutnya dibutuhkan data potensi daerah mana untuk pengembangan feedstock seperti sumber bioetanol untuk pengembangan biofuel.

Selain itu juga pengembangan energi baru terbarukan, dimana Indonesia memiliki potensi yang besar terhadap geothermal, energi panas matahari, hingga gelombang laut (tidal wave). Menurutnya ini juga harus dipetakan dengan baik untuk memanfaatkan potensi energi dalam negeri karena lokasi yang tersebar di penjuru daerah.

Ikuti Kami

Tags

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top