SUARAENERGI.COM, Kabupaten Bandung – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO), anak usaha Pertamina, bersama para petani kopi Kamojang menggelar acara “Panen Bersama dan Ekspor Perdana Kopi Geotermal Kamojang” di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jumat (18/07/2025). Lokasi ini berada di sekitar Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Kamojang. Biji kopi yang dipanen berasal dari dua varietas arabika unggulan, yakni Andungsari dan USDA.
Panen tersebut merupakan buah dari pemanfaatan teknologi Geothermal Dry House, hasil kolaborasi PGE dan petani setempat sejak 2018. Teknologi ini dikembangkan sebagai solusi terhadap tantangan geografis di wilayah Kamojang, memanfaatkan uap panas dari steam trap sebagai sumber panas alternatif untuk mempercepat proses pengeringan kopi. Metode ini efisien, ramah lingkungan, dan telah memperoleh hak paten sebagai teknologi pertama di dunia yang secara langsung menggunakan panas bumi dalam pengolahan kopi.
Turut hadir dalam kegiatan ini sejumlah pejabat, antara lain Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng., IPU; Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Gigih Udi Atmo, S.T., M.EPM., Ph.D; perwakilan Kementerian BUMN; Direktur Utama PGE Julfi Hadi; Direktur Operasi PGE Ahmad Yani; VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero) Rudi Ariffianto; pemerhati lingkungan Valerina Daniel M.A.; serta tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Prof. Eniya memberikan ucapan selamat kepada para petani binaan PGE atas ekspor perdana kopi mereka. Ia menyampaikan, “Agar perusahaan bisa terus bergerak maju, pasti perlu inovasi. Saya melihat PGE dari dulu rohnya luar biasa. Semangat untuk berinovasi itu sudah lama tumbuh di PGE.”
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah mendukung penuh optimalisasi pemanfaatan panas bumi. “Untuk pemanfaatan direct use seperti ini sedang kita godok di Peraturan Menteri. Kita mendorong penuh agar ini bisa terlaksana dengan tumbuhnya masyarakat kita yang makin tahu dan terlibat panas bumi. Saya pikir juga daerah pasti nanti mendapat keuntungan yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Teknologi Geothermal Dry House mampu memangkas waktu pengeringan hingga tiga kali lebih cepat, menghemat biaya operasional, serta meningkatkan kapasitas produksi. Proses ini menghasilkan biji kopi dengan cita rasa lebih kompleks dan aroma lebih kuat dibandingkan metode tradisional. Pendekatan ramah lingkungan ini menghasilkan produk kopi berkualitas tinggi yang siap bersaing di pasar global.

Julfi Hadi, Direktur Utama PGE, menegaskan bahwa panen bersama ini mencerminkan bagaimana energi panas bumi tidak hanya digunakan untuk pembangkit listrik, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal.
“Semangat para petani kopi di Kamojang menjadi inspirasi bagi PGE untuk terus menghadirkan inovasi yang memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat. Kami percaya bahwa pengembangan energi hijau dari panas bumi seharusnya tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan energi nasional, tetapi juga dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar. Oleh karena itu, kami berkomitmen membangun ekosistem berkelanjutan yang mendorong terciptanya ekonomi sirkular berbasis energi panas bumi, agar manfaatnya bisa dirasakan secara merata dan berkelanjutan oleh semua pihak,” ungkap Julfi.
Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), menambahkan bahwa inovasi teknologi dalam memberdayakan petani kopi hingga mencapai pasar global merupakan wujud kontribusi nyata PGE sebagai bagian dari Pertamina Group. Ia mengatakan, “Inovasi untuk petani kopi juga bagian dari upaya Pertamina meningkatkan produk lokal ke tingkat global,” ujarnya. Fadjar juga menegaskan bahwa langkah ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Presiden Prabowo, khususnya dalam aspek penguatan pembangunan teknologi.
Hingga saat ini, PGE telah bermitra dengan 18 kelompok tani dan memberdayakan 312 petani lokal melalui program Geothermal Coffee Process (GCP), dengan total lahan seluas 80 hektar di sekitar WKP Kamojang. Sepanjang 2024, penjualan mencapai 4,9 ton green beans, 640 kilogram roasted beans, dan 17.500 kemasan ground coffee dengan total omzet Rp 863,9 juta.
Panen bersama ini juga menandai ekspor perdana kopi Kamojang berbasis panas bumi ke pasar Asia dan Eropa dengan volume mencapai 15 ton. Ekspor tersebut menjadi bukti pengakuan internasional terhadap kualitas kopi Kamojang dan merupakan bentuk nyata implementasi ekonomi sirkular berbasis energi bersih.