SUARAENERGI.COM – Dewan Energi Nasional (DEN) menerima audiensi dari EXCEL Services Corporation. Dalam pertemuan ini hadir Anggota DEN Agus Puji Prasetyono, Agus Pramono, dan Dina Nurul Fitria, President/CEO EXCEL Services Corporation, Donald R. Hoffman, Sekretaris Jenderal DEN, Djoko Siswanto serta Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan, Yunus Saefulhak serta jajaran Sekretariat Jenderal DEN.
Mengawali paparannya, Agus Puji menyampaikan tujuan dan arah kebijakan energi nasional yaitu terwujudnya pengelolaan energi yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan dalam rangka mewujudkan kemandirian energi nasional dan ketahanan energi nasional yang berlandaskan kedaulatan energi dan nilai ekonomi yang berkeadilan.
Salah satu tugas DEN adalah merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional (KEN) untuk ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR. “RPP KEN sedang dalam tahap harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan HAM. Kebijakan energi ini nantinya juga akan diperdalam melalui policy paper,” ungkap Agus Puji.
RPP KEN bertujuan untuk mewujudkan ketahanan energi yang tangguh dengan tetap menjaga keamanan pasokan dan keterjangkauan harga energi, pemenuhan kebutuhan energi yang rasional untuk mencapai target human development index dan ekonomi tinggi sebagai negara maju, serta mewujudkan dekarbonisasi dan transisi energi untuk mencapai emisi puncak sebelum 2045 dan emisi nol bersih tahun 2060.
“Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama diproyeksikan akan mulai dibangun pada tahun 2032 dengan kapasitas sekitar 250 MW. Selanjutnya PLTN akan dibangun secara bertahap bersamaan dengan penghentian PLTU dengan proyeksi kapasitas pembangkit listrik tenaga nuklir sekitar 45 – 54 GW termasuk untuk produksi hidrogen pada tahun 2060”, ujar Agus Puji.
President/CEO EXCEL Services Corporation, Donald R. Hoffman menyampaikan bahwa pentingnya kajian akademis untuk mendukung pengembangan PLTN di Indonesia, selain isu teknologi, sosial, geopolitik serta ekonomi, hal penting lainnya adalah isu keamanan. Isu keamanan PLTN perlu disertai dengan perhitungan akademisi yang matang. ” Keselamatan, keamanan dan pengamanan dalam pembangunan nuklir menjadi hal yang penting”, ungkapnya. Menurut Donald, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum membangun PLTN, antara lain pencarian tempat/lokasi yang aman, jauh dari risiko bencana alam, serta perlunya pendekatan ke masyarakat. Donald juga menyambut baik rencana Indonesia dalam mengembangkan PLTN pada tahun 2032. “Secara statistik tenaga nuklir menjadi yang paling aman bila dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya”, tutupnya.