OPINI, Profil

Waka SKK Migas, Nanang Abdul Manaf: How to Unlock the Energy Trilemma

SUARAENERGI.COM – Nanang Abdul Manaf adalah orang lama yang sudah puluhan tahun terjun di dunia energi. Kenyang pengalaman di sektor migas, di dalam maupun luar negeri. Pernah ditugaskan ke Libya saat masih berkarir di Pertamina.

Kembali ke Indonesia, Nanang pernah dipercaya sebagai Dirut Pertamina EP sebelum diangkat menjadi Wakil Kepala SKK Migas pada akhir 2022. Sebelum jadi Waka SKK Migas, Nanang didaulat sebagai
Tenaga Ahli Komisi Pengawas Bidang Operasi SKK Migas.

Harus diakui, meski mantan “orang lapangan”, Nanang yang jebolan S1 Teknik Geologi Umum Institut Teknologi Bandung (ITB), ini juga sangat piawai berbicara di depan umum. Itu bisa terlihat saat Nanang dalam berbagai kesempatan selalu tampil meyakinkan ketika berbicara di hadapan rekan-rekan media.

Salah satu momen Nanang memiliki talenta berbicara di depan umum adalah ketika menyampaikan materi dalam rangka perhelatan International Convention on Indonesia Upstream Oil and Gas 2023 yang akan digelar di Bali pada 20-22 September 2023.

Waka SKK Migas, Nanang Abdul Manaf

Dalam paparannya, Nanang menyebut iklim investasi hulu migas di Indonesia kini semakin membaik. Tapi jangan puas dulu, karena saat ini Indonesia masih menempati peringkat 9 dari 14 negara di Asia Pasifik dari segi daya tarik investasi. Penyebab masih kurangnya daya tarik investasi ini salah satunya disebabkan kurangnya kepastian hukum. Tambahan lain, investor masih membutuhkan kemudahan maupun insentif.

Namun yang paling menarik adalah ketika Nanang menguraikan tentang Energy Trilemma. Diketahui, Energy Security, Sustainability, and Affordability merupakan trilema energi (Trilemma Energy) yang belakangan kian nyaring terdengar di sektor energi. Ketiganya merupakan lema yang harus dihadapi industri energi terutama hulu migas, yakni : keamanan, keberlangsungan, hingga keterjangkauan.

Di saat sama, ruang publik juga dipenuhi dengan isu yang akhir-akhir ini pun semakin terdengar seksi yaitu transisi energi. Publik diajak beralih ke industri energi baru terbarukan (EBT) alih-alih meninggalkan energi fosil seperti migas dan batubara.

Lalu bagaimana menyelaraskan dua isu ini agar bisa berjalan beriringan. Di situlah letak tantangannya. Meminjam istilah Nanang, bagaimana cara meng-unlock agar bisa keluar dari tantangan ini. Istilah “unlock” ini agaknya menjadi diksi favorit bagi Nanang ketika menjelaskan situasi terkini dunia energi.

Menurut Nanang, peningkatan investasi akan mendorong kegiatan operasional hulu migas yang lebih masif sehingga kegiatan seperti workover, well service, pemboran eksplorasi, dan pemboran eksploitasi akan terus bertambah.

Maka syarat utama untuk mencapai itu adalah penguatan iklim investasi yang lebih memberikan kepastian sehingga payung hukum dalam bentuk Undang-Undang Migas tentu sangat diharapkan.

Sedangkan bila dikaitkan dengan energi terbarukan, Nanang menyebut kebutuhan minyak dan gas Indonesia hingga 2050 memang akan mengalami penurunan. Namun jangan salah, butuh waktu untuk dapat menggantikannya ke energi non fosil. Dengan kata lain, produksi migas nasional masih harus tetap dijaga sembari terus meningkatkan investasi di sektor energi baru terbarukan. Demikianlah cara meng-unlock trilema energi.

Itu…..!!

Ikuti Kami

Tags

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top