SUARAENERGI.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menegaskan pentingnya kerja sama internasional dan pembangunan yang cerdas dalam memenuhi kebutuhan listrik dan energi di Indonesia. Hal tersebut disampaikan pada gelaran Konferensi Clean EDGE Asia 2024: Energy Transitions and Equitable Development in Southeast Asia.
“Melalui kerja sama internasional dan pembangunan yang cerdas, kami akan mengoptimalkan pemanfaatan tenaga listrik dan potensi energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia. Kerja sama dan kolaborasi antar negara di kawasan ini akan mengoptimalkan potensi sumber daya energi bersih untuk memasok kebutuhan regional dan meningkatkan kapabilitas,” ujar Arifin pada pembukaan Konferensi Clean EDGE Asia 2024 di Jakarta, Selasa (30/1).
Senada, Presiden National Bureau of Asian Research (NBR) Roy Kamphausen menyatakan bahwa konferensi ini bertujuan untuk menemukan solusi atas tantangan meningkatkan energi terbarukan dan diversifikasi bauran energi lokal, yang secara lebih luas mendukung pengembangan akses energi yang berkelanjutan dan memadai di seluruh wilayah.
“Kemitraan ini sangat penting dan akan dirancang untuk menggabungkan berbagai kepentingan para mitra. Kami sangat antusias dengan partisipasi banyak pembicara, sehingga dapat memperkaya perspektif Asia Tenggara mengenai topik-topik ini,” ujarnya.
Pada penutupan konferensi di hari berikutnya, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyampaikan bahwa Indonesia memiliki peluang dan potensi besar dalam Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang memerlukan diskusi dan pembicaraan lebih dalam untuk mencapai target pengurangan emisi.
“Maka dari itu, penyusunan strategi dan pemetaan energi di seluruh wilayah Indonesia menjadi sangat penting untuk memaksimalkan pembangunan akses kelistrikan. Selain itu, solusi terhadap isu perubahan iklim juga memerlukan kerja sama berbagai pihak yakni, pemerintah, swasta, dan inisiatif-inisiatif lainnya,” sebut Dadan, Rabu (31/1).
Pada kesempatan itu, Direktur Eksekutif Indonesian Institute for Energy Economics (IIEE) Didi Hasan Putra mengatakan konferensi ini dapat mendorong berbagai pemangku kepentingan bukan saja di Indonesia namun juga di wilayah Asia Tenggara untuk mengembangkan strategi mewujudkan transisi energi yang efektif, berkeadilan, serta kolaboratif, khususnya dalam tantangan memitigasi efek rumah kaca.