Korporasi, PILIHAN

Rupiah Kian Loyo, Ini Dampaknya ke Bisnis Pertambangan

SUARAENERGI.COM – Kementerian ESDM angkat suara perihal dampak dari semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bagi sektor pertambangan di Tanah Air.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,12% di angka Rp 16.445 per US$ pada Jumat (21/6/2024). Bahkan, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya yakni di level Rp 16.475 per US$. Secara mingguan, rupiah kembali mengalami depresiasi sebesar 0,3 persen.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif mengakui pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar tentu akan berpengaruh pada sektor pertambangan di Indonesia.

Meskipun dari sisi pendapatan perusahaan tambang akan diuntungkan, terutama bagi eksportir komoditas, namun di sisi lain ini juga akan berdampak pada peningkatan biaya operasional tambang, terutama untuk pengadaan barang atau peralatan yang masih diimpor dari luar negeri.

“Kalau masalah dolar kan tentu akan pengeluaran akan bertambah untuk pembelian-pembelian yang dari luar,” kata Irwandy saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (21/6/2024).

Meskipun eksportir komoditas tambang akan diuntungkan karena menguatnya nilai tukar dolar, namun menurutnya tak semua perusahaan akan diuntungkan, terutama bagi perusahaan tambang yang mayoritas produknya justru dijual untuk permintaan dalam negeri.

“Bagi mereka yang menjual ekspor dalam US$, mereka dapat keuntungan dalam rupiah. Tapi kan tidak semua perusahaan tergantung perusahaannya,” tambahnya.

Dia mencontohkan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang memiliki porsi penjualan batu bara ke dalam negeri lebih besar dibandingkan perusahaan batu bara lainnya.

“Misalnya PTBA kan lebih banyak menjual dalam negeri daripada ekspor. Itu satu. Yang kedua itu yang saya bilang, kalau misalnya perusahaan-perusahaan itu banyak membeli barang-barang yang dia butuhkan untuk produksi dari luar negeri, itu cost-nya bertambah tentunya,” imbuhnya.

Namun, Irwandy menilai naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merupakan siklus yang biasa terjadi. Untuk bisa mendongkrak rupiah agar menguat, Irwandy mengungkapkan pemerintah tengah menunggu kebijakan penurunan suku bunga The FED.

“Kalau suku bunganya tinggi kan, mereka pasti menanam uangnya ke sana kan. Karena suku bunga tinggi. Tapi begitu turun lagi, mengalir lagi. Nah itu bisa menguatkan rupiah kembali,” tandasnya.

Ikuti Kami

Tags

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top